Wednesday, June 1, 2011

CERPEN : Jawaban dalam Sebuah Renungan by fallon

Gading punya kebiasaan merenung akhir-akhir ini, ia tak dapat menerima keadaannya. Waktu kecil ia diajarkan untuk selalu berjiwa besar menerima kelumpuhan yang dideritanya sejak lahir. Kadang ia mengeluh kenapa dulu bundanya teledor waktu hamil sehingga gizinya tak tercukupi. Maklum dulu ortunya belum sesukses sekarang."Tuhan kenapa Engkau ciptakan aku dalam ketidaksempurnaan ini?" tanyanya membatin.Gading ingat masa kecilnya yang paling berkesan saat nanya ke bundanya tentang cacat yg dideritanya."Bunda! Apa bunda nggak malu punya anak kayak Gading?" tanya Gading yang masih polos waktu itu."Waktu tahu Gading ternyata terlahir cacat. Bunda ma papa sempat kaget dan
malu." jawab bundanya jujur agar Gading juga menerapkan sikap jujur nantinya."Trus kalo malu papa ma bunda ko' tetep rawat Gading?" Gading rada kecewa dgn jawaban bundanya tadi."Karena papa ma bunda sayang ma Gading. Gading ngajarin papa ma bunda untuk selalu bersyukur ma Tuhan. Gading bawa berkah untuk bunda ma papa, sejak Gading lahir usaha papa lama-kelamaan jadi sukses.""Gading juga sayang bunda ma papa."Perkataan bundanya waktu itu masih terus membekas di tiap aliran darahnya. Karena perkataan bundanya itulah yang memotivasinya untuk selalu bersyukur kalo hatinya mulai ngeluh tentang keadaanya tapi kali ini perkataan bundanya itu nggak mempan.Teman2nya udah pada punya pacar, bahkan ada yang udah berkali2 pacaran. Waktu SMA ia nggak ambil pusing soal cinta karena Gading mau fokus ma pelajarannya, tapi sekarang ia dah kuliah semester 3 disalah satu kampus ternama di Jakarta. Yang membuatnya tidak tenang apa mungkin ada yg mau jadi pacarnya secara jangankan dapat pacar, hanya lewat depan orang saja ia kadang dipandang sebelah mata. Untung ia punya ortu yg selalu bisa membesarkan hatinya serta wawasan yang luas agar dapat beradaptasi sehingga kekurangannya itu tidak dapat mempengaruhinya. Tapi soal cinta otaknya justru buntu. Renungan panjangnya mengantarkan Gading tertidur lelap.Pagi ini Gading bangun telat gara2 semalam merenungnya kepanjangan. Ia berusaha agar secepat mungkin sampai kampus. Seperti biasa ia diantar oleh supir pribadinya."Apa tuan mau saya antar ke ruangannya?""Nggak usah Pak, Gading bisa sendiri ko'""Tapi kan tuan dah telat""Nggak pa-pa Pak kursi otomatis ini bisa ngebut Pak." jawabnya sambil bercanda.Gading pun menuju ke ruangannya tapi bruuukkkk. . . Ia nggak mampu ngendaliin kursi rodanya sampai nubruk Anggy, kembang kampus yang juga satu ruangan dengannya."Maaf yach aku nggak sengaja. Maaf banget.""Nggak apa2 ko' kamu mau ke ruangan kita kan? Gimana kalau bareng aja biar nggak ada korban selanjutnya." tutur Anggy setengah bercanda."Boleh ja biar teman2 pada ngiri ma aq." ucap Gading cekikikan.Semenjak kejadian itu Gading ma Anggy jadi akrab. Anggy cerita banyak ke Gading, ternyata selama ini banyak cewek2 di kampus yang kagum dengan prestasi dan kepercayaan diri yang ia miliki apalagi Gading juga termasuk cowok cute, cuma tak ada satupun cewek yg berani ngungkapin itu karena di kampus Gading tampak serius banget kuliah jadi keburu minder duluan dan ngurungin niat.Terlepas dari itu yg menjadi beban pikirannya sekarang apa Anggy termasuk salah satu dari mereka. Dia emang dah akrab banget ma Anggy jangan sampai tindakannya itu justru bikin persahabatannya jadi runyam.Kadang ia pengen teriak saja kalau perasaannya ke Anggy lagi menggebu-gebunya. Melihat keanehan sikap Gading. Bundanya ingin membantu mengurangi stress anaknya itu."Gading, akhir2 ini kamu sering melamun, emang ada apa nak?""Gading lagi ada masalah bunda." jawabnya malu2."Sejak kapan anakku ini malu ma bundanya?""Bunda tahu aja. Gading lagi suka ma cewek bunda.""Ma Anggy kan?""Bunda ko' tau sih? Tapi Gading takut nyatain perasaan ke dia ntar dianya nggak mau.""Setidaknya dicoba dulu. Anak bunda kan nggak jelek2 amat.""Bunda bercanda mulu nich."Meski dah dapat dukungan dari bundanya nyali Gading tetap ciut. 4 tahun lamanya Gading nyimpan rasa sayangnya sampai perasaan itu seakan ingin meledak untuk menyampaikannya ke Anggy."Selama ini Anggy juga belum punya pacar apa mungkin dia nungguin aku?" pikirnya keGRan."Nggy ntar malam aku jemput yach? Kita ke pantai bareng yuk!""Gimana yach. . .""Mau ja yach?" pinta Gading setengah memohon."Iya dech tapi biar aku yg jemput, abiz kalo kamu yg jemput nggak mungkin nggak pake supir.""Tahu ko' yg normal2 ja."Malam ini Gading dah nggak sabaran nungguin Anggy datang. Dia dah perfect banget malam ini.Akhirnya sampai juga di pantai, suasananya romantis abiz. Mereka nyewa sebuah pondok untuk duduk bareng nikmatin suasana pantai malam. Pandangan mereka sempat beradu."Aku mau ngomong." ucap mereka bersamaan."Kamu dulu dech yg ngomong." ucap Anggy rada malu."Kamu aja dulu! Ladiest first." ucap Gading maksa."Kamu mau nggak jadi pacar aku?" tanya Anggy singkat."Yang bener nich? Aku baru aja mau ngajakin kamu nikah.""Aku serius!""Aku juga serius.""Kamu tuh yach!!! Kenapa baru empat tahun ini bilang gitu? Ini juga aku duluan yg nyatain perasan aku. Kamu ini bener2 yach! Soal pelajaran aja otaknya encer banget, soal baca perasaan cewek ko' malah bego amat sich? Tahu gini tadi aku nyuru kamu duluan yg ngomong!!!""Ko' malah ngomel sich?? Maaf yach Nggy dah buat kamu nunggu lama banget. Tapi aku takut kamu jauhin aku nantinya. Tapi jujur aku sayang banget ma kamu. Aku ingin kamu jadi yang pertama sekaligus yg terakhir untukku, aku nggak akan pernah mau ngelepasin kamu agar tak ada penyesalan dalam diri aku karena ngelewatin kamu."Malam ini Gading seneng banget, dilema yg dia rasa berakhir sudah. Kini jawaban dari pertanyaannya terungkap. Tuhan emang ciptain dia dengan satu kekurangan tapi karena kekurangannya itu ia jauh lebih bijak jalanin hidup, melatihnya untuk terus bersyukur, membuatnya lebih tekun dalam menjalani hidup dan satu hal yg paling ia sadari kursi rodanya mengantarkannya pada satu ketulusan cinta dari seorang kembang kampus. Kini ia merasa kalau Tuhan benar2 sayang ma dia, ia justru jauh lebih beruntung dari orang2 normal lainnya yang sulit menemukan sebuah ketulusan. Tak henti2nya ia mengucap syukur karena jawaban yg ia dapatkan stelah perenungan panjangnya adalah kebahagiaan yang tak terkira dari arti sebuah kekurangan yg justru membuatnya menjadi seseorang yg membanggakan.

No comments:

Post a Comment