"Iya Rissa, aku tau Radit tetangga kamu. tapi ga perlu kan seorang tetangga menunjukan rasaterimakasih dengan pelukan dan ciuman di pipi??? apa itu perlu???"
Steven masih berbicara dengan nada datar, rasakesalnya tidak pernah ingin Ia tunjukan kepada wajah tanpa dosa di hadapannya.
"Kamu kadang-kadang norak deh..., memang ga boleh klo temen nunjukin rasa perhatiannya dengan ciuman dan pelukan di pipi???, kamu kadang-kadang kaya jaman dulu... kolot banget sih?!"
Clarissa mendengus kesal. Ia menunjukan rasa dongkolnya pada Steven. Ia menganggap steven terlalu kekanak-kanakan dan cemburuan.
Steven terdiam sebentar, lalu mulai menatap Clarissa. Ia menghela napas pelan.
"Rissa sayank..., maaf aku terlalu takut untuk kehilangan kamu. aku ga pernah mau liat wajah kamu ditekuk-tekuk seperti itu. aku ga sanggup liat senyumanmu hilang..."
wajah Clarissa mulai berubah. kata-kata Steven membuat hatinya luluh. pelan-pelan Ia tersenyum. wajahnya sedikit merona. "Aku ga akan pernah ninggalin kamu..., Rissa kan sayankSteven...", Clarissa memeluk tubuh kekasihnya erat. Ia merasa bingung. sebetulnya Ia mulai sedikit bosan dengan Steven. memiliki kekasih yang selalu betekuk lutut di hadapannya membuat Ia menjadi jengah.
Namun Ia tidak ingin menyakiti hati Steven. Clarissa mencoba menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan pada Steven bahwa Ia sudah resmi menjadi kekasih Radit.
"yank, kenapa ngelamun...", Radit membuyarkanlamunan Clarissa. "Uhm... gpp, aku cuma sedikitcape...", Radit memeluk tubuh Clarissa dari belakang. kemudian mencium rambut Clarissa yang panjang sepinggang.
Tak lama Radit mulai berbicara lagi. "Kamu udahngomong sama Steven soal kita?" Ujarnyamembuat Clarissa tersentak. Ia menjadi gugup dan gelisah. "uhm... itu..., belum yank... Aku belum ketemu Steven lagi. dia masih sibuk sama kuliahnya. belum bisa ketemu Aku" ujar Clarissa sambil menunduk.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment