Wednesday, June 1, 2011

CERPEN : Ketika gerimis mungkin.. by fallon

Sore itu Jenny pulang dari les Mandarinnya dengan tubuh lesu. "Huh...Akhirnya sampe rumah juga" gumam Jenny. Seharian tadi hujan terus. Jean malas pergi les. Karena dia harus membawa motor Vario milik Kak Gio, kakak sepupunya yang tinggal bersamanya. Belum lagi, harus sekalian mengantar Diana, adiknya yang les biola. Kalau dia tidak les, Diana akan pergi ke rumah Cecil temannya untuk numpang ke tempat les. Jenny lalu bersandar di kursi meja belajarnya sambil menhirup teh hangat yang sudah disiapkan Bi Imah, pembantunya. Sambil menhirup aroma teh melati itu, Jenny mengingat-ingat kejadian tadi, waktu dia sedang berteduh di emperan ruko karena hujan deras mengguyur sangat lebat, dan jas hujannya bolong...
***


"Arrhhg!" seru Jenny marah menendang motornya. "Kenapa harus hujan begini 'sih!!?" umpat Jenny. Dia lalu mengeluarkan bekal roti sandwich isi telur dan tomat kesukaannya. Lalu dia mengoleskan saus sambal ke permukaan telur itu.
Tiba-tiba, sesosok tubuh kurus kecil menghampirinya. Jenny terhenyak kaget.
"Kedinginan juga ya" gumam Jenny sebelum menyantap sandwich itu.
"Iya, Kak. Saya kedinginan. Tapi mau gimana? Adik saya nunggu di kolong jembatan, dari dua hari lalu kami belum makan...Belum lagi sungainya meluap. Saya harus cepat-cepat pulang karena adik saya pasti ndak tau mau gimana..." jawab anak kecil itu.
"Maksudmu?" tanya Jenny.
"Tadi saya pergi mau nyari uang buat beli beras. Adik saya tinggal karena tadi dia main sama temannya. Tapi saya kira pasti temannya sudah pergi waktu gerimis tadi. Adik saya sendiri disana. Sungainya pasti sudah meluap. Makanya saya langsung pulang. Tapi ternyata...hujan deras menhambat perjalanan pulang saya. Saya ndak berani nekat karena saya belum makan. Kalau saya nekat lawan hujan, nanti saya sakit dan siapa yang urus adik saya?..." kisah anak itu.
"Kasian kamu, Nak..Jadi kamu tinggal di kolong jembatan?" tanya Jenny.
"Iya, Kak" jawab anak itu polos. Tangan dan kakinya yang kurus kering menggigil kedinginan. Dia hanya punya selembar kaos tipis yang compang-camping dan selembar celana pendek yang robek sana-sini.
"Ini, saya cuman punya ini, Nak. Semoga cukup buat kamu dan adikmu. Cepat-cepat mengungsi, ya Nak..Sebelum banjir" kata Jenny sambil menyerahkan dua potong sandwich dan air minumnya.
Sebaiknya aku berikan saja jas hujanku padanya...Tapi...Dengan apa aku pulang nanti?! Pikir Jenny. Ah, sebaiknya tidak perlu. Anak ini bukan siapa-siapa. Sandwich dan air itu sudah cukup lanjut Jenny.
Akhirnya, anak itu berlari menerobos hujan sambil berseru pada Jenny: "Tuhan memberkatimu, Kak!!!"
"Siapa namamuuu!!!??" seru Jenny.
"Namaku Wahyuuuu!!!" balas anak itu. Lalu, bayangan anak itu lenyap...
***
Jenny meletakkan cangkir tehnya lalu membuka buku pelajarannya dan mulai belajar. Bayangan Wahyu mulai memudar dari benaknya, tergantikan oleh bayangan ulangan besok.

Besoknya di sekolah Jenny...
"Hai, Jen! Di kelas ada TV, loh! Sumbangan dari Rina!" kata Asty, sahabat Jenny.
"Hah?! Srius lu As?" tanya Jenny tidak percaya.
"Ya iyalaaahhh...Rina 'kan mau pindah ke Surabaya. Jadi Dia sumbangin TV buat kelas kita. Katanya 'sih biar tiap kali buka TV itu inget dia. Ini hari terakhirnya sekolah" kata Asty.
"Ah, syukur dia pindah! Nggak ada lagi yang suka pamer 'dehhh..." kata Jenny.
"Iya, lu bener Jen!" kata Asty. Lalu kedua gadis itu masuk ke kelas mereka.
Di kelas, Asty mengambil remote TV dan langsung membuka channel berita. Asty memang hobinya nonton berita. Makanya kalo nanya soal berita terkini baik dalam masalah politik atow ekonomi dan lain-lainnya yang berhubungan dengan pengetahuan umum, Asty 'tuh jagonya 'deh!
Asty membuka channel berita daerah mereka.
"TY! Kerasin volumenya!" seru Jenny. Matanya tidak lepas dari layar kaca.
"Apaan 'sih lu Jen?" tanya Asty agak ngambek.
"Gue bilang, kerasin volumenya cepeeett!" kata Jenny. Asty menurut saja, lalu mengeraskan volume TV.
Seorang anak berusia 8 tahun yang diketahui bernama Wahyu ditemukan tak bernyawa di emperan toko sepatu Anjasmaini jalan Bumi Mas no. 23, Bandung. Wahyu ditemukan sedang menggenggam dua potong sandwich dan sebotol air mineral.......
"Jen! Lu ngapain 'sih?!" seru Asty.
Jenny meremas tangan Asty lalu menceritakan saat ia bertemu Wahyu kemarin.
"As, gue nggak nyangka kalo...Wahyu tewas...Gue terlalu egois, As...Gue mikirin diri gue sendiriii! Gue nggak mikir betapa berharganya nyawa anak itu...Kalo seandainya gue bisa balikin waktu ini ke masa lalu...Gue akan peluk Wahyu dan ikut ngerasain penderitaannya...Gue bener-bener menyesal, As..." tangis Jenny di akhir ceritanya. Asty hanya bisa memeluk sahabatnya.
"Nggak kata terlambat untuk sesuatu yang baik, As. Belajar dari pengalaman ini, kamu harus lebih peka terhadap sekitarmu..." kata Asty...

No comments:

Post a Comment