sayangku


Pada Sebaris Hujan
Pada sebaris hujan, kita masuki cakrawala
dengan payung terbuka
tanpa layung senja. Terpa angin meninggalkan
jejak dingin di dada kita.
Engkau menggigil di jantungku.
Jutaan tetes air berterbangan
seperti tangis terbebas dari kesedihan
seperti bungabunga
tumpah dari jambangan. Mengisi hatimu yang bimbang
mengubahmu jadi tembang. Rintik merdu.
Sebulir hujan menggantung di ujung payung
sebuah kilau, seolah
cahaya yang tersimpan. Sebutir doakah?
Kumasuki kelambu hujan
di mana airmatamu menggenggam rindu.
Waktu lalu mendesak. Serasa singkat.
Rembang pun berlalu, saat benderang lampulampu
… dan hujan berpamitan di jendela senja
yang perlahan menutup payung kita
dengan sebuah pelukan.
———————————————-
Sketsa Hati dalam Secangkir Senja
Awan tipis tersapu angin, seakan handuk terlepas
meninggalkan gemas pada tubuhmu, kurasakan udara
yang ditinggalkan hujan. Mentari di celah jendela
kaukah yang membawanya. Deras sinarnya
seperti darah menghanyutkan degup rindu
di serambi jantungku.
Senampan senja kausuguhkan, lentik jemarimu indah
tatap matamu tak sanggup kugubah, jejakmu sumringah
dalam hangat yang terperangkap racikan daunan teh
seputik melati menepi di pinggir cangkir
menyengatkan wangi di bibir. Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir.
Cinta bergetar di tengah Oktober
lengkung alismatamu memayungi senja hujan
aku menghangatkan diri di matamu
pada sinarmatamu anggun, pada sunyi yang unggun
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir senja yang rembang.
———————————————–

Puisi untuk Kekasih yang Sedang Sakit

Cepat sembuh, kekasih
malam tanpa angin
tanpa bisik-bisik daun dan ranting
bila bibirmu kelu dan kering.
Cepat sembuh, kekasih
bulan samar dan redup
cahaya terperangkap kabut
bila matamu sayu dan hening.
Cepat sembuh, kekasih
langit kelam dan kusam
hati gelisah dan tenggelam
bila wajahmu pucat dan terbaring.
Sebutir kapsul segelas doa
sepeluk kasih sekecup sayang
semoga cepat sembuh, kekasih
mata dan hatiku berjaga untukmu.
——————————————–
Malam Purnama
Ini malam purnama
terbentang langit dalam kelambu cahaya
kau selimuti aku dengan
tatap matamu.
Malam jadi seharu aku
bintangbintang di langit ungu. Berderaian
jatuh di pangkuan
menjelma kunangkunang yang menari di wajahku.
“karena cinta, aku bersinar selalu…”
Terasa di kerut wajah jejak lembut ujung jarimu
hangat berdesir dalam darah menuliskan syair cinta
percakapan apakah mengalir dalam peluk kasmaran
tatapan erotismu tak pernah tuntas aku tafsirkan.
“karena cinta, rembulan bercahaya…”
———————————————–
Ketika Aku Memandangmu
Aku sedang memandangmu
di bawah bulan setengah lingkaran
membaca selaksa kata di matamu
menafsirkan sirat cinta.
Maka ketika kau memandangku
aku tahu, kau bulan yang jatuh di wajahku
kau yang selalu di wajahku
menuliskan pendarpendar cahaya
petunjuk bagi langkahku
menelusuri jalan setapak di hatimu
langit yang selalu membukakan pintu
untuk pulang kepakkepak sayapku.
Di bawah bulan yang mengambang
di pematang alis matamu
ribuan kata tertutup embun dan kulihat wajahmu
merunduk menggenggam bulir rindu.
———————————————
Cinta Abadi
Kemarin, sengaja kubisikkan padamu kalimat penuh cinta
Kuharap itu mendengung abadi sepanjang masa
Di dalam raga dan jiwamu, tanpa kau menyadarinya
Sebab itu aku… mengatakan padamu apa adanya
Tadi pagi… kusambut hariku dengan sinar cerah mentari
Kutitipkan harap pada embun yang membasahi bumi
Agar cinta kita berdua ini kekal abadi, tak terkecuali
Hingga bumi tak lagi bermentari, hingga hitam menjemput raga ini
————————————————
PEDIH
Mereka tertawa seolah aku tak merasakan apa-apa
Seperti perpisahan hanyalah sebuah fase biasa
Mengolok-olok dan memberi semangat seadanya
Kawan… aku baru saja kehilangan cinta
Semua melarangku menangis, hatiku tak boleh menjerit
Tapi mereka tertawa… bukannya memapah jiwaku yang lemah
Tak ada lagi singa dan serigala di dalam jiwaku kini
Kumohon tolong, berhentilah menertawakan kepergiannya !
Aku hanya ingin engkau tahu, bukan menertawakanku
apalagi menghujatku… sebab engkau kawanku
Jika tak bisa kau berikan aku empatimu
Jika tak bisa kujadikan engkau penguatku
Kumohon berikan aku ruang sunyi untuk mendamaikan diri
tuk mengenangnya pergi…
tuk menantinya datang kembali…
tuk membangun semangatku lagi…
———————————————-