Friday, June 17, 2011

CERPEN : Mimpi Sebelum hilang bag 3 by fallon

Dia tersenyum dan menggandeng tanganku. Kulit tangannya terasa begitu halus di tela pakku.Sambil mengajakku untuk duduk, laki-laki itu bercerita tentang langit dan menyebut-nyebut surga. Aku teringat pada ayahku dan bertanya kepada laki-laki di sebelahku, "Apa ayahku ada di sana?""Benar," jawabnya."Di mana?""Di langit ke tujuh.""Apa kita bisa ke sana?" tanyaku tak sabar."Kelak kita akan ke sana. Tapi, ada syaratnya."
"Apa syaratnya?" sahutku semangat."Kau terlebih dulu harus bisa menghitung jumlahlangit itu. Kalau tidak, kau tidak akan bisa sampai ke tempat ayahmu. Karena kau akan tersesat.""Kalau begitu lupakan! Aku tidak mau menghitung. Aku benci angka-angka!" aku berteriak."Di langit, kau juga bisa menghitung bintang-bintang.""Aku tidak mau menghitung langit atau apa pun.""Percayalah, kau akan menyukainya.""Untuk apa aku menghitung bintang-bintang?""Mungkin di sana ayahmu juga sedang menghitung bintang-bintang.""Benarkah?"Laki-laki itu mengangguk. Aku memeluknya tanpa ragu-ragu. Suasana begitu hening mengurung kami berdua. Aku menyandarkan kepalaku ke dada laki-laki itu. Tidak ada suara apa pun di tempat ini, kecuali detak jantungku sendiri. Degup yang sudah cukup lama ini terasa sangat lemah. Aku menikmati detak jantungku yang menjelma nada indah tersendiri bagiku."Apa kita bisa menghitung suara ini?" kataku menunjuk bunyi jantungku."Ya, tentu. Hitunglah. Akan sangat menyenangkankalau kita menghitung sesuatu yang kita sukai.""Apa suara ini akan selalu berbunyi selamanya?""Tidak. Dia akan berhenti, kalau kau sudah mati.""Mati? Pergi ke surga, seperti ayahku? Begitukah?""Ya.""Kalau aku mati, apa aku bisa bertemu ayahku?""Tentu saja.""Aku ingin sekali suara ini berhenti berbunyi," kataku pelan."Ibumu akan bersedih jika kau meninggalkannya,"jawab laki-laki itu.

No comments:

Post a Comment